Rabu, 18 Desember 2013

Depresiasi

Teori Depresiasi, Metode dalam Depresiasi dan Contoh - Contoh  Kasusnya

 

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam
konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga
pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu
perusahaan.
Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau
mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti
mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property)
seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

2 Definisi-Definisi

Basis, atau basis harga: biaya awal untuk mendapatkan aset (harga beli ditambah pajak), termasuk biaya
transportasi dan biaya lain sampai aset tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya.
Basis (harga) yang disesuaikan: harga awal aset disesuaikan dengan kenaikan atau penurunan yang
diperkenankan. Misal: biaya perbaikan aset dengan umur manfaat lebih dari setahun meningkatkan
basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan harga awal.
Nilai (harga) buku: nilai properti (aset) sesuai dengan laporan akuntansi, yang mewakili jumlah modal yang masih diinvestasikan pada aset tersebut. Sama dengan harga awal (termasuk segala penyesuaian) dikurangi dengan pengurangan karena depresiasi. Nilai buku suatu aset pada akhir
tahun ke-k dirumuskan dengan:

(NILAI BUKU)K = Basis harga yang disesuaikan n - kj=I (pengurang n depresiasi)







Nilai buku k basis harga yang disesuaikan - pengurangan depresiasi.
Harga pasar: nilai yang dibayar seorang pembeli kepada penjual aset dimana masing-masing mendapatkan keuntungan dan bertindak tanpa paksaan.
Periode perolehan kembali (recovery period): jumlah tahun dimana basis (harga) suatu aset diperoleh kembali melalui proses akuntansi. Disebut juga umur manfaat (klasik) atau kelas properti atau umur kelas.
Tingkat perolehan kembali: persentase untuk setiap tahun periode perolehan kembali, yang digunakan untuk menghitung pengurangan karena depresiasi tahunan.
Nilai sisa: perkiraan nilai aset pada akhir umur manfaatnya, merupakan harga jula suatu aset jika tidak lagi digunakan untuk proses produksi oleh pemiliknya.
Umur manfaat: perkiraan periode waktu pemakaian aset (properti) dalam kegiatan produktif atau untuk menghasilkan pendapatan.
3 Metode Perhitungan Depresiasi
Secara umum, metode perhitungan depresiasi dibagi dua, yaitu:
1. Metode klasik, terdiri dari:
a. Metode garis lurus (straight-line, SL)
b. Metode declining balance (DB)
c. Metode sum-of-the-years-digits (SYD)
2. Sistem perolehan biaya dipercepat termodifikasi (Modified Accelerated Cost Recovery System, MACRS)


Metode Garis Lurus
Metode ini mengasumsikan bahwa aset terdepresiasi secara konstan setiap tahunnya selama umur manfaatnya.  

Cara Penyusutan : - Linier
                                    - Cembung
                                    - Cekung


1. Garis Lurus (Linier)/Straight Line Depreciation





dk= (B-SVN): N
dk* = k dk untuk1k N
BVk = B-dk*

Atau





dimana:
N = umur manfaat
B = basis harga, termasuk penyesuaian
dk = pengurangan depresiasi pada tahun ke k (1 k N)
BVk = nilai buku pada akhir tahun ke k
SVN = perkiraan nilai sisa pada akhir tahun ke N
*
k d = depresiasi kumulatif selama tahun ke k
Contoh 1:
I           = 100 jt
L          = 20 jt
N         = 5 Th
dn = d= (100 jt - 20 jt):5 = Rp 16 jt




- Depresiasi s/d tahun ke-3 = D3 = 3 d = 3 x Rp 16 jt = Rp 48 jt
- Nilai buku tahun ke-3    B3       = I – D3
                                                = 100 jt – 48 jt
                                                = 52 jt
 



Metode Declining Balance
Disebut juga metode persentase konstan atau formula Matheson, dengan asumsi bahwa biaya depresiasi tahunan adalah suatu persentase yang tetap dari nilai buku awal tahun. Mengalikan nilai buku tahun sebelumnya dengan suatu faktor yang lebih kecil dari pada 1
Depresiasi suatu aktiva tetap dilihat dari anggapan bahwa aktiva tetap baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tetap tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tetap tersebut. Nilai sisa atau nilai residu tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Satu-satunya metode depresiasi yang menggunakan nilai buku.
Pembelian melewati tanggal 15 bulan berjalan, depresiasi dihitung pada bulan berikutnya.
Rumus Depresiasi Saldo Menurun :
= { (100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku

Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN

CV. Matahari Fajar membeli peralatan pada tanggal 3 Januari 2007 seharga Rp. 50.000.000,- dengan nilai sisa diperkirakan sebesar 5% dari harga perolehan. Umur ekonomis 4 tahun ( nilai sisa tidak digunakan hanya jebakan saja).

Depresiasi 2007 ={ ( 100% /4) x 2 } x Rp. 50.000.000

= Rp. 25.000.000,-

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan= Rp. 25.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 25.000.000

Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp. 50 jt – 25 jt ) = Rp. 12.500.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 12.500.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 12.500.000

Depresiasi 2009 = 50% x (Rp 50 jt-25jt-12,5jt) = Rp. 6.250.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Peralata=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 6.250.000

Depresiasi 2010 = Rp.50 jt – 25jt-12,5jt-6,25jt = Rp. 6.250.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2010 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp.6.250.000

Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN

UD. Halimun Pagi membeli mesin bubut pada tanggal 23 September 2006 seharga Rp. 30.000.000 umur 4 tahun.

Depresiasi 2006 = {(100%/4)x 2 } x 3/12 x Rp.30.000.000 = Rp. 3.750.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2006 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.750.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.750.000,-

Depresiasi 2007 = 50% x (Rp. 30jt-3,75jt) = Rp.13.125.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 13.125.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 13.125.000

Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp.30jt-3,75jt-13,125jt)= Rp. 6.562.500

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 6.562.500
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 6.562.500

Depresiasi 2009= 50% x (Rp.30jt-3,75jt-13,125jt-6,5625jt)=Rp. 3.281.250

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.281.250

Depresiasi 2010 = Rp. 3.281.250 ( sisanya saja)

Jurnal pada tanggal 30 September 2010 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp3.281.250


 Metode Sum-of-the-Years-Digits (SYD)
Untuk menghitung deduksi depresiasi dengan metode SYD, angka-angka yang berkaitan dengan angka untuk setiap umur tahun yang diizinkan berada dalam urutan pertama dalam urutan yang terbalik.kemudian, jumlah dari angka-angka itu ditentukan.Faktor depresiasi untuk setiap tahun merupakan angka dari daftar urutan terbalik untuk tahun tersebut dibagi dengan jumlah angkanya. Digit yang digunakan pada metode SYD adalah sisa umur manfaat dari aset. Faktor depresiasi adalah sisa umur aset dibagi dengan jumlah total digit.
Contoh:

Tahun
Angka Tahunan Dalam urutan terbalik (digits)
Faktor Depresiasi SYD
1
5
5/15
2
4
4/15
3
3
3/15
4
2
2/15
5
1
1/15
Jumlah Angka
15


Depresiasi untuk setiap tahun adalah hasil dari faktor depresiasi SYD untuk tahun tersebut dan selisih antara cost basis (B) dan estimasi akhir SV.
2.4              Keseimbangan Menurun yang dialihkan ke Garis Lurus
Karena metode keseimbangan menurun tidak pernah mencapai BV yang nol, maka di perbolehkan untuk pindah dari metode ini ke metode garis lurus sehingga SVN aset akan menjadi nol (atau jumlah-jumlah lain yang diingnkan). Metode ini juga digunakan untuk mengkalkulasi tingkat pemulihan MACRS.
2.5              Metode Produksi-Unit
Semua metode depresiasi yang di bahas di sini berdasarkan pada waktu yang sudah lewat (tahun) yang mana teori tersebut menyatakan  bahwa nilai barang yang menurun sebagian besar merupakan fungsi dari waktu. Apabila penurunan nilai kebanyakan dari fingsi penggunaan, depresiasi berdasarkan dari metodenya mungkin tidak tercermin dalam entuk tahun. Metode produksi-unit biasa digunakan dalam kasus seperti ini.





Sumber : http://sulistyo-widodo.blogspot.com/2012/03/teori-depresiasi-metode-dalam.html

Jumat, 15 November 2013

Analisis Ekivalensi Cash Flow


Present Worth Analysis

Present worth analysis (analisis nilai sekarang) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR).
Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis yang akan digunakan bisa berada dalam situasi:
1.     Usia pakai sama dengan periode analisis
2.     Usia pakai berbeda dengan periode analisis
3.     Periode analisis tak terhingga
Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value (NPV) dari masing-masing alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan:
NPV = PW pendapatan – PW pengeluaran
Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0.
Analisis Terhadap Alternatif Tunggal
Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp. 30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12% per tahun dan digunakan present worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaian:
NPV = 40000000(P/F,12%,8) + 1000000(P/A,12%,8) – 30000000
NPV = 40000000(0,40388) + 1000000(4,96764) – 30000000
NPV = -8.877.160
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.
Usia Pakai Sama dengan Periode Analisis
Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif. Dalam kasus ini tidak diperlukan penyelesaian terhadap arus kas.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
2500000
750000
1000000

Y
3500000
900000
1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
NPV X = 750000(P/A,15%,8) + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000
NPV X = 750000(4,48732) + 1000000(0,32690) – 2500000
NPV X = 1192390
Mesin Y
NPV Y = 900000(P/A,15%,8) + 1500000(P/F,15%,8) – 3500000
NPV Y = 900000(4,48732) + 1500000(0,32690) – 3500000
NPV Y = 1028938
Kesimpulan : Pilih mesin X
Usia Pakai Berbeda dengan Periode Analisis
Pada situasi usia pakai berbeda dengan periode analisis, digunakan asumsi perulangan (repeatability assumption) dengan periode analisis yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari usia pakai alternatif. Dengan asumsi itu, alternatif yang telah habis usia pakainya sebelum periode analisis akhir akan digantikan oleh alternatif yang sama.
Jika asumsi perulangan tidak dapat diterapkan pada suatu situasi pengambilan keputusan, akan dipilih periode analisis yang sesuai dengan masalah yang dihadapi (asumsi berakhir bersamaan atau coterminated assumption). Pada asumsi ini diperlukan penyesuaian arus kas pada alternatif yang memiliki usia pakai berbeda dengan periode analisis.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Usia Pakai (Tahun)
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
8
2500000
750000
1000000

Y
16
3500000
900000
1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
NPV X = 750000(P/A,15%,16) + 1000000(P/F,15%,8) + 1000000(P/F,15%,16) – 2500000 – 2500000(P/F,15%,8)
NPV X = 750000(5,95423) + 1000000(0,32690) + 1000000(0,10686) – 2500000 – 2500000(0,32690)
NPV X = 1582182,5
Mesin Y
NPV Y = 900000(P/A,15%,16) + 1500000(P/F,15%,16) – 3500000
NPV Y = 900000(5,95423) + 1500000(0,10686) – 3500000
NPV Y = 2019097
NPV mesin Y, Rp. 2.019.097, lebih besar daripada NPV mesin X, Rp. 1.582.182,5. Pilih mesin Y.
Periode Analisis Tak Terhingga – Capitalized Worth
Pada situasi dimana periode analisis tak terhingga, perhitungan NPV dari semua arus masuk dan arus keluar dilakukan dengan metode capitalized worth (nilai modal). Jika hanya unsur biaya yang saja yang diperhitungkan, maka hasil yang diperoleh disebutcapitalized cost (biaya modal)
Capitalized Worth (CW) adalah sejumlah uang yang harus dimiliki saat ini. Dengan demikian, diperoleh pembayaran yang besarnya sama selama periode tak terhingga pada tingkat suku bunga i% per periode. Dari factor bunga majemuk untuk nilai n tak terhingga, didapatkan nilai (P/A,I,n) = 1/i sehingga:
CW = PW n→∞ = A(P/A,i,∞) = A
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Usia Pakai (Tahun)
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
8
2500000
750000
1000000

Y
16
3500000
900000
1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun dan periode analisis tak hingga, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Dengan capitalized worth, setiap alternatif hanya dianalisis dengan satu kali usia pakai saja.
Mesin X
CW X = 750000(P/A,15%,∞) + 1000000(A/F,15%,8)(P/A,15%,∞) – 2500000(A/P,15%,8)(P/A,15%,∞)
CW X = 7500000(1/0,15) + 1000000(0,07285)(1/0,15) – 2500000(0,22285)(1/0,15)
CW X = 1771500
Mesin Y
CW Y = 900000(P/A,15%,∞) + 1500000(A/F,15%,9)(P/A,15%,∞) – 3500000(A/P,15%,9)(P/A,15%,∞)
CW Y = 900000(1/0,15) + 1500000(0,05957)(1/0,15) – 3500000(0,20957)(1/0,15)
CW Y = 1705733,33
CW mesin X, Rp. 1.771.500 lebih besar daripada CW mesin Y, Rp. 1.705.733,33. Untuk itu pilih mesin X.


Future Worth Analysis

Future worth analysis (analisis nilai masa depan) didasarkan pada nilai ekuivalensi semua arus kas masuk dan arus kas keluar di akhir periode analisis pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (MARR). Oleh karena tujuan utama dari konseptime value of money adalah untuk memaksimalkan laba masa depan, informasi ekonomis yang diperoleh dari analisis ini sangat berguna dalam situasi-situasi keputusan investasi modal.
Hasil FW alternative sama dengan PW, dimana FW = PW (F/P,i%,n). Perbedaan dalam nilai ekonomis yang dihasilkan bersifat relative terhadap acuan waktu yang digunakan saat ini atau masa depan. Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai FW ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan FW terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatif yang memiliki FW ≥ 0.
Analisis Terhadap Alternatif Tunggal
Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp. 30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12% per tahun dan digunakan future worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaian:
FW = 40000000 + 1000000(F/A,12%,8)  – 30000000(F/P,12%,8)
NPV = 40000000 + 1000000(12,29969) – 30000000(2,47596)
NPV = -21.979.110
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.
Usia Pakai Sama dengan Periode Analisis
Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
2500000
750000
1000000

Y
3500000
900000
1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
FW X = 750000(F/A,15%,8) + 1000000 – 2500000(F/P,15%,8)
FW X = 750000(13,72682) + 1000000 – 2500000(3,05902)
FW X = 3647565
Mesin Y
FW Y = 900000(F/A,15%,8) + 1500000 – 3500000(F/P,15%,8)
FW Y = 900000(13,72682) + 1500000 – 3500000(3,05902)
FW Y = 3147568
Kesimpulan: pilih mesin X.
Usia Pakai Berbeda dengan Periode Analisis
Sama dengan Present Worth Analysis. Dalam situasi ini dapat digunakan asumsi perulangan atau asumsi berakhir bersamaan, tergantung pada masalah yang dihadapi.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Usia Pakai (Tahun)
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
8
2500000
750000
1000000

Y
16
3500000
900000
1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
FW X = 750000(F/A,15%,16) + 1000000 + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000(F/P,15%,8) – 2500000(F/P,15%,16)
FW X = 750000(55,71747) + 1000000 + 1000000(3,05902) – 2500000(3,05902) – 2500000(9,35762)
FW X = 14805463
Mesin Y
FW Y = 900000(F/A,15%,16) + 1500000 – 3500000(F/P,15%,16)
FW Y = 900000(55,71747) + 1500000 – 3500000(9,35762)
FW Y = 18894053
FW mesin Y, Rp. 18.894.053, lebih besar dari FW mesin X, Rp. 14.805.463, maka pilih mesin Y.

Annual Worth Analysis

Annual worth analysis (analisis nilai tahunan) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan dalam sederetan nilai uang tahunan yang sama besar pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR)
Hasil AW alternatif sama dengan PW dan FW, dimana AW = PW(A/P,i,n) dan AW = FW(A/F,i,n). Dengan demikian, AW dari setiap alternatif dapat dihitung juga dari nilai-nilai ekuivalen lainnya. Nilai AW alternatif diperoleh dari persamaan:
AW = R – E – CR
Dimana:
R = revenues (penghasilan atau penghematan ekuivalen tahunan)
E = expences (pengeluaran ekuivalen tahunan)
CR = capital recovery (pengembalian modal)
Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai AW ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatif yang memiliki AW ≥ 0.
Capital Recovery
Capital recovery suatu alternatif ialah nilai seragam tahunan yang ekuivalen dengan modal yang diinvestasikan. Beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung CR adalah:
CR = I(A/P,i,n) – S(A/F,i,n)
CR = (I – S)(A/F,i,n) + I(i)
CR = (I – S)(A/P,i,n) + S(i)
Dimana:
I = investasi awal alternatif
S = nilai sisa di akhir usia pakai
n = usia pakai alternatif
Analisis Terhadap Alternatif Tunggal
Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp. 30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12% per tahun dan digunakan annual worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaiannya:
AW = 40000000(A/F,12%,8) – 30000000(A/P,12%,8) + 1000000
AW = 40000000(0,08130) – 30000000(0,20130) + 1000000
AW = -1787000
Oleh karena AW yang diperoleh < 0, maka pembelian peralatan baru tidak menguntungkan.
Usia Pakai Semua Alternatif Sama
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
2500000
750000
1000000

Y
3500000
900000
1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
AW X = 1000000(A/F,15%,8) – 2500000(A/P,15%,8) + 750000
AW X = 1000000(0,07285) – 2500000(0,22285) + 750000
AW X = 265725
Mesin Y
AW Y = 1500000(A/F,15%,8) – 3500000(A/P,15%,8) + 900000
AW Y = 1500000(0,07285) – 3500000(0,22285) + 900000
AW Y = 229300
AW mesin X, Rp. 265.725, lebih besar daripada AW mesin Y, Rp.229.300. Pilih mesin X.
Usia Pakai Alternatif Berbeda
Pada situasi dimana terdapat usia pakai alternatif yang berbeda-beda, perhitungan setiap alternatif cukup dilakukan pada satu siklus usia pakai saja. Hal ini lebih memudahkan karena tidak perlu dicari kelipatan persekutuan terkecil dari usia alternatif.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Usia Pakai (Tahun)
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)



X
8
2500000
750000
1000000

Y
9
3500000
900000
1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
AW X = 750000 – 2500000(A/P,15%,8) + 1000000(A/F,15%,8)
AW X = 750000 – 2500000(0,22285) + 1000000(0,07285)
AW X = 265725
Mesin Y
AW Y = 900000 – 3500000(A/P,15%,9) + 1500000(A/F,15%,9)
AW Y = 900000 – 3500000(0,20957) + 1500000(0,05957)
AW Y = 255860
AW mesin X, Rp. 265.725, lebih besar dibanding AW mesin Y, Rp. 255.860. Untuk itu pilih mesin X.
Periode Analisis Tak Terhingga
Pada situasi dimana periode analisis tak hingga, nilai tahunan dari besarnya investasi dapat dihitung menggunakan persamaan:
A = P(A/P,i,∞) = Pi
Jika aliran kas masuk dan keluar diperkirakan memiliki siklus berulang dengan nilai yang sama sampai waktu tak terhingga, perhitungan untuk mendapatkan nilai tahunan dapat dilakukan hanya pada satu siklus saja.
Contoh: Bandingkan tiga alternatif berikut menggunakan tingkat suku bunga 10% per tahun. Pilih alternatif terbaik.

1
2
3
Investasi Awal (Rp.)
1000000
1500000
2000000
Keuntungan Tahunan (Rp.)
100000
250000
500000
Usia Pakai (Tahun)
14
9
Alternatif B dan C menggunakan asumsi perulangan dengan konsekuensi ekonomi yang selalu sama.
Penyelesaian:
Alternatif A:
AW A = 150000 – 1000000(A/P,10%,∞)
AW A = 150000 – 1000000(0,10)
AW A = 50000
Alternatif B:
AW B = 250000 – 1500000(A/P,10%,14)
AW B = 250000 – 1500000(0,13575)
AW B = 46375
Alternatif C:
AW C = 500000 – 2000000(A/P,10%,9)
AW C = 500000 – 2000000(0,17364)
AW C = 152720
Kesimpulan: pilih alternatif C.
  

Sumber :
Raharjo, Ferianto. 2007. Ekonomi Teknik Analsis Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Penerbit Andi
http://batangsungkai.wordpress.com
http://fexel.blogspot.com/2013/11/analisis-ekivalensi-cash-flow.html