Pengantar Lingkungan


EKOLOGI

Hubungan timbal balik antara manusia dengan makhluk hidup lainnya dan unsur tak hidup, telah menyebabkan manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun aktifitas yang dilakukan manusia dalam lingkungan hidup, telah menyebabkan timbulnya kerusakan lingkungan atau permasalahan lingkungan hidup.
Permasalahan lingkungan hidup pada hakikatnya merupakan permasalahan ekologi. Hal ini karena ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan.
Unsur penting yang harus diperhatikan dalam ligkungan adalah materi, energi, dan informasi. Ketiga unsur itu dapat ikut mempengaruhi keanekaragaman dalam komunitas dan dapat menjadi faktor pembatas dalam populasi. Apabila ketiga unsur itu terganggu (berubah) maka lingkungan juga akan berubah, berarti siklus biogeokimiapun berubah. Dengan demikian ekologi merupakan salah satu komponen dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama komponen lainnya. Berikut contoh video yang berkenaan dengan lingkungan ekologi kita :


Dari cuplikan video di atas, dapat dikritisi bahwa lingkungan hidup kita ini perlu adanya penanaman, perawatan dan pemeliharaan. Bukan pemakaian sumber daya alam yang terus menerus, sehingga sumber daya alam kita tidak habis begitu saja karena pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan manusia itu sendiri.
Telah disebutkan dalam video tersebut bahwa ketika timbul pertanyaan “Lingkungan hidup seperti apa yang Anda inginkan ?” kemudian segelintir orang menjawab bahwa mereka menginginkan lingkungan hidup yang bersih dan nyaman, tidak ada asap akibat illegal login dan kebakaran hutan. Maka dari itu kita harus menghentikan permasalahan-permasalahan lingkungan hidup di sekitar kita, diantaranya : sampah-sampah, banjir, kebakaran hutan, asap dan lainnya. Itu semua harus dihentikan. Sehingga bumi kita tidak lagi menagis.
Adapun upaya yang harus diwujudkan agar lingkungan hidup kita kembali bersih dan nyaman :
1.      Menanam pohon
2.      Mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik
3.      Memisahkan sampah organik dan sampah anorganik
4.      Mengurangi penggunaan air (gunakan sperlunya)
5.      Menghemat energi.
Dengan begitu lingkungan hidup kita kembali bersih dan nyaman.



Dari cuplikn video tersebut, meggambarkan bahwa adanya industri yang berjumlah banyak dapat menyebabkan limbah dan polusi udara yang dapat mengakibatkan atmosfer terkikis. Tapi dalam cuplikan tersebut ada seseorang yang berani menghentikan berjalannya industri yang menyebabkan pencemaran hanya dengan sebilah kapak. Yang pada akhirnya industri-industri tersebut hancur dan turunlah hujan yang menyirami hamparan tanah yang didalamnya terdapat bibit-bibit pohon . Tak lama kemudian muncullah matahari yang menghangatkan bumi. Maka tumbuhlah pohon-pohon yang rindang sehingga bumi pun tidak terancam terkena global warming.
Pesan yang mugkin dapat saya sampaikan dari cuplikan tersebut adalah kita harus menjaga kelestarian lingkungan bumi kita dari penebangan liar, global warming akibat limbah dan polusi industri dan rumah kaca. Sehingga bumi kita tetap terjaga kelestariannya.



sumber : www.youtube.com












Dampak Permasalahan Penduduk Indonesia
Terhadap Lingkungan Hidup

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang luar biasa. Indonesia merupakan negara mega biodiversity kedua setelah Brazil. Indonesia memiliki 42 ekosistem darat dan 5 ekosistem yang khas. Indonesia juga memiliki 81.000 km garis pantai yang indah dan kaya. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 22 % dari seluruh luas mangrove di dunia.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,39 % per tahun. Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh penduduk di Singapura.
Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby booming di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup. Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada. Menurut Poo Tjian Sie, coordinator Komunitas Tionghoa Peduli Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ekosistem atau system kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, (tatanan alam),dan makhluk hidup, termasuk manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, membuat tekanan terhadap lingkungan hidup menjadi sangat besar. Paling tidak, 40 juta penduduk hidupnya tergantung pada keanekaragaman hayati di pantai dan perairan. Pada saat yang sama, bahwa sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sekitar 43% pendudu Indonesia masih tergantung pada kayu bakar. Dan pada tahun 2003, hanya 33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air bersih melalui ledeng dan pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami defisit air mencapai 53.000 meter kubik dan 7.500 meter kubik, sementara di Sulawesi 42.500 meter kubik. Saat yang sama banjir telah melanda di berbagai tempat di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah salah mengelola air di Bumi ini.
Dampak lonjakan penduduk di Indonesia terhadap lingkungan hayati, sudah dapat kita lihat sejak tahun 2001, laporan Bank Dunia menyebutkan, bahwa luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982, menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan menjadi hanya 2,06 juta hektar pada tahun 1995. Di sektor kehutanan telah terjadi deforestasi yang meningkat dalam decade ini. Bank Dunia (2003) dan Departemen Kehutanan melaporkan tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari dua juta hektar per tahun. Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta hektar per tahun, maka 48 tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan menjadi gurun pasir yang gundul dan panas. Lautan di Indonesia juga mengalami kerusakan terumbu karang. Data dari Bank Dunia bahwa saat ini sekitar 41% terumbu karang dalam keadaan rusak parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan hanya 5% yang masih dalamkeadaan alami. Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi telah hilang (sebagian besar menjadi tambak udang). Beberapa kawasan juga mengalami pencemaran. Ini terjadi di kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan pelayaran, atau perairan yang bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti perairan teluk Jakarta dan Surabaya.
Menurut Ir. Boby Setiawan MA., PhD, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, untuk mamalia terdapat sekitar 112 jenis yang terancam punah di Indonesia. Sementara untuk burung, terdapat sekitar 104 jenis yang mengalami ancaman serius.
Menurut Malthus, pertumbuhan jumlah penduduk, bila tidak dikendalikan, akan naik menurut deret ukur (1,2,4,8,dst). Produksi pangan meningkat hanya menurut deret hitung (1,2,3,4,dst). Di Indonesia dengan ledakan penduduk saat ini, mengakibatkan dampak sosial yaitu mengalami krisis pangan. Bahkan di dunia pun terjadi krisis pangan global.
Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan mulai berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau menjadi petani.
Tahun 2008 dicanangkan sebagai tahun sanitasi sedunia. Jumlah penduduk yang melonjak dipastikan menambah persoalan sanitasi. Sekitar 1 juta jamban di kawasan Jabotabek dibangun dengan jarak kurang dari 10 meter dari sumur. Jika penduduk kota terus melonjak, entah karena urbanisasi atau kelahiran alami, sementara jumlah WC nya tetap bisa dibayangkan sendiri akan menjadi apa jamban tersebut. Kualitas hidup di kota menjadi merosot. Beragam penyakit seperti diare akan menyebar.
Ujung dari semua ledakan penduduk itu adalah kerusakan lingkungan dengan segala dampak ikutannya seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan, serta hilangnya fungsi ruang terbuka. Dampak lonjakan populasi bagi lingkungan sebenarnya tidak sederhana. Persoalannya rumit mengingat persoalan terkait dengan manusia dan lingkungan hidup. Butuh kesadaran besar bagi tiap warga negara, khusunya pasangan yang baru menikah, untuk merencanakan jumlah anak.




Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar